Kamis, 10 Maret 2016

MUNKIN SEGALANYA MUNGKIN



  • Print
  • Email
Hits: 176
http://ypm-publishing.com/images/buku/Cover%20Otobiografi%20SWT_Web.jpgMaksud utama penerbitan otobiografi ini adalah untuk introspeksi. Oleh karena itu saya lakukan lebih cepat dari kebiasaan orang menyusun biografi. Bukan untuk berbangga tetapi sebaliknya untuk membuat diri saya malu terhadap diri sendiri dan dengan harapan agar saya dapat melakukan perubahan menjadi yang lebih baik untuk masa mendatang. Untuk para kolega yang telah memberikan apresiasi beberapa hal yang telah saya perbuat selama ini, saya mengucapkan banyak terima kasih yang tidak terhingga. Pada dasarnya orang yang mengetahui diri saya adalah saya sendiri. Penampilan luar saya yang mungkin banyak dinilai positif oleh para kolega semoga tidak menjadikan saya sombong/takabbur karena hal itu hanya fatamorgana. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki sebagaimana keluhan dan renungan saya di bawah ini.
Tahun 2015 merupakan tahun kegalauan buat saya karena saya merasa tidak memiliki karya yang dapat dibaca banyak orang padahal saya adalah seorang Guru Besar sejak tahun 2001, seumur dengan permulaan menjadi CPNS tahun 1986, sampai memperoleh jabatan Profesor tahun 2001. Apabila dibuat garis, maka terlihat bahwa sejak saya menjadi CPNS sampai dengan sekarang maka ada periode 15 tahun pertama dan 15 tahun kedua sebagai berikut:
1986 -- 15 tahun -- 2001 -- 15 tahun -- 2016
Gambar tersebut mengingatkan saya bahwa 15 tahun pertama saya merasakan sangat produktif dalam bidang tulis menulis berupa buku atau diktat serta artikel di beberapa jurnal sehingga saya berhasil memperoleh pangkat akademik Guru Besar dalam waktu kurang lebih 14-15 tahun. Pada 15 tahun kedua, tidak banyak karya saya yang dipublikasikan. Memang banyak tulisan tetapi tidak dipublikasikan dalam jurnal. Tulisan yang ada banyak berisi manajemen perguruan tinggi yang cenderung dinilai praktis walaupun sebetulnya hal itu merupakan hasil pemikiran yang cukup mendalam. Sejak tahun 2000 sampai dengan awal 2015 saya memang disibukkan oleh tugas tambahan untuk mengelola perguruan tinggi. Dalam bidang pengelolaan perguruan tinggi ini saya merasa ada manfaatnya tetapi khusus di bidang penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan, saya merasakan banyak kekurangan. Renungan ini bagi saya sangat berarti. Jika memungkinkan, waktu ke depan ini saya akan menyempatkan diri untuk menulis yang dapat dipublikasikan. Dari mana saya harus memulainya? Pertanyaan inilah yang ingin saya peroleh. Tentunya, jawaban hanyalah dari saya sendiri.Akhirnya, jawaban saya adalah: “Saya harus memulai dengan menulis otobiografi”.Itulah sebabnya, maka otobiografi ini terwujud. 

Selama ini saya memiliki pemahaman yang salah tentang perolehan jabatan Profesor. Saya memiliki pemahaman bahwa kalau sudah memperoleh jabatan Profesor maka penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan berhenti karena tidak ada kewajiban lagi naik pangkat, apalagi pangkat golongan dan ruang yang saya miliki telah mentok berdasarkanKeputusan Menkowasbangpan Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang “Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya”. 
Kewajiban bagi Profesor baru saya temukan pada Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005. Dalam Pasal ini ada pernyataan bahwa Profesor berkewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat.Ketentuan ini kurang banyak diinformasikan sehingga saya kurang tertantang dan baru mulai tahun 2010 para dosen diingatkan untuk mengisi BKD (Beban Kerja Dosen) setiap semester. Di dalam format BKD ini terdapat isian khusus buat Profesor. Semoga melalui cara yang demikian, memungkinkan saya untuk bangkit kembali berkarya yang dipublikasikan, insya Allah.
Seharusnya perolehan jabatan Profesor bukan akhir untuk berkarya tetapi sebaliknya justru awal untuk berkarya. Untuk memotivasi hal tersebut maka, melalui tulisan ini saya mengusulkan agar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang “Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya” dan “Perbaikannya” yang ada pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013, direvisi lagi dengan menambahkan jenjang kepangkatan baru yaitu adanya Profesor Paripurna yang secara agak rinci saya uraikan dalam buku ini. Apabila usulan ini diterima maka saya yakin “ancaman” para Profesor untuk pensiun muda tidak akan terjadi. Apakah usul ini mengada-ada? Apakah ada model seperti itu di negara lain? Mungkinkah ini dilakukan? Tentu masih banyak komentar lain yang mempertanyakan. Akan tetapi, sesuai dengan judul otobiografi ini, maka semua itu mungkin dapat dilakukan.
Kembali ke masalah penulisan otobiografi ini, saya perlu menyampaikan banyak terima kasih secara khusus kepada Muhammad Adam Hesa. Dalam situasi yang saya jelaskan di atas, pada tanggal 9 Agustus 2015 Muhammad Adam Hesa, seorang staf di Sekolah Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, meng-e-mail saya. Begini antara lain bunyi email tersebut:
“Salam, ketika aku merasa bosan di ruang kuliah, aku coba membuka catatan2 yang ada di laptop aku, ternyata aku pernah menulis tentang bapak, daripada catatannya cuma ada dilaptop aja, jadi aku kirim saja ke email.”
“Saat awal gw baca belum menemukan siapa sosok orang itu, yang kepikiran saat itu adalah orang2 yang pernah gw cintai”. 
“Tab trit ini gw gak tutup2, akhirnya menjelang gw pulang dari pasca gw baru sadar, baru muncul siapa aja orang2 itu yang sangat berpengaruh dalam hidup gw, yaitu Pak Wito, Mas Yusdi dan Pak Musa, ada beberapa lagi seperti pak Eva Nugraha, Mas Iday, Kak Ervan. Setelah pulang dari pasca gw niat untuk mencoba menulis tentang mereka.
Berdasarkan e-mail tersebut kemudian saya menjawabnya sbb:
“Adam, maaf saya baru sempat membaca tulisanmu. Terima kasih banyak lho. Seneng juga jika Adam sempat menuliskannya yang lebih lengkap. Boleh juga Adam mengajak orang lain untuk memberikan komentar tentang saya. Syukur jika nanti menjadi biografi yang diterbitkan ya Dam. Memang hidup itu pada dasarnya "harus mampu menemukan masalah dan tidak menghindarinya". Semoga sukses Dam. Salam”.
“Adam, saya sangat senang jika Adam dan mungkin juga Arief mau menginisiasi penulisan biografi saya. Insya Allah 7 Maret 2016 saya berusia 60 tahun. Orang2 yang tahu saya boleh dimintai tulisannya. Adam boleh tanya siapa saja yg tahu saya ketika saya menjadi Asdir Pak Harun, ketika Purek I saat perubahan menjadi UIN, ketika menjadi Deputi IV, dan ketika menjadi Wadir I sampai sekarang di Sekretaris Senat Universitas. Para alumni SPs, alumni dan mahasiswa S-1 maupun mhswa SPs juga perlu dimintai tulisannya. Dibuat yang santai saja ya agar enak dibaca. Terima kasih banyak”.
Adam menjawab e-mail saya:
“Baik Pak...Saya coba usahakan... Saya sudah WA Arief Mahmudi, dan teman-teman yang lain akan saya coba kirim e-mail... Bismillāh”.
“Terima kasih banyak Dam. Semoga terwujud ya”, jawabku.
Ketika masih satu kantor di Sekolah Pascasarjana, Muhammad Adam Hesa adalah salah satu tenaga andalan yang saya ajak serta untuk menerbitkan banyak hal. Dia adalah juru lay out Newsletter, Buku Pedoman Akademik, Petunjuk Arah Kampus, Pedoman Akademik Dinding, Gambar para Pimpinan, dan Baliho lainnya yang sampai tulisan ini dibuat masih terpajang di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak ketinggalan, orang yang me-lay out Buku Otobiografi ini adalah Muhammad Adam Hesa juga. Dari aspek latar belakang pendidikan, Adam memang Sarjana Ekonomi alumni Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi agaknya dia lebih senang bekerja di bidang komputer sehingga dia sekarang melanjutkan studi program Magister Komputer di Universitas Budi Luhur di luar jam kerja.
Dialog melalui e-mail tersebut merupakan cikal bakal munculnya otobiografi ini sehingga mulai 10 Agustus 2016 saya mengumpulkan banyak arsip. Lumayan lama juga saya mendapatkan berbagai arsip yang saya perlukan untuk menulis otobiografi ini. Ternyata tidak semua arsip yang saya perlukan dapat saya temukan. Selain tidak menemukan beberapa arsip yang saya perlukan, pada tahun 2015 saya juga banyak kesibukan sehingga penulisan otobiografi agak lambat, memerlukan waktu lebih dari 6 bulan karena berbagai kesibukan selama tahun 2015.
Uraian dalam buku otobiografi ini saya lengkapi dengan data yang saya miliki. Tentu banyak kekurangan karena masih banyak data yang tidak diketemukan dan juga karena keterbatasan halaman. Mungkin akan ada pertanyaan bahwa ini otobiografi ataukah laporan pejabat? Komentar seperti ini saya terima secara baik karena data yang saya miliki memang banyak berkenaan dengan tugas saya sebagai pejabat. Oleh karena banyak hal yang saya tulis ketika menjadi pejabat, maka bahan itulah yang saya tulis dalam otobiografi ini. Semoga data yang ada dalam otobiografi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi terutama proses perubahan IAIN menjadi UIN dan pengelolaan Sekolah Pascasarjana sejak tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2015. Banyak tulisan dan usulan saya yang kemudian menjadi kebijakansehingga bahan tersebut menjadi acuan bagi saya dalam penulisan otobiografi. Saya akui, tentu kawan-kawan yang lain memiliki catatan, ingatan, dan dokumen lain sehingga bisa sajapemahaman dan penafsiran terhadap sesuatu berbeda dengan saya. Walaupun saya akui banyak kekurangan, melalui otobiografi ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yaitu “adanya kemungkinan pada segala hal”. Bagi orang beragama, hanya Allah SWT, Tuhan Yang Maha segalanya yang tidak ada kemungkinan karena Ia adalah Kebenaran Mutlak.
Saya sangat senang dengan terbitnya otobiografi ini karena banyak kawan yang ikut serta menyukseskan penulisan otobiografi ini. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Nyonya Hj. Nilfa Yetty Tanjung, anak, menantu, dan cucu karena mereka mengijinkan dan merestui saya menulis dan membiayai penulisan otobiografi ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada mertua saya H. Buchori Abidin Tanjung (BAT), Hj. Rohani Pasaribu, Adik Raihanum Tanjung, Kakak H. Zainal April Pasaribu dan Hj. Zaidar, Om H. Abdul Wachid dan Etek Hj. HasrifahTanjung di Semarang yang banyak membantu di bidang perfotoan, Mami Masniar, Uda Ir. H. Lil Abnir Pasaribu dan Kakak Hj. Suaidar, Teta Hj. Nuryusni yang sering memimpin upacara adat upah-upah, Hj. Dahriah Rahim sebagai saudara kembar nyonyaku di Sorkam Sibolga, Mamak Dr. H. Syukri Batubara dan Istri, Maktuan Zainul Anwar dan Istri, Maktuan Zarlons dan Istri, Metty Zarlons dan suami, Maktuan Zainal Arifin Pasaribu dan Istri, dan keluarga lain yang tidak sempat disebut satu persatu.
Dalam kesempatan ini saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada ayah saya Mbah Rakiyo, ibu saya Mbah Rasemi, semua kakak (Suhardi, Sulabi, Sutrisno, Amari, Rumisih, Sarni, dan Menowo), Pak H. Ali Mahmudi, Pak Abdurrahman Farid, Lek Sudjud dan Lek Supati, Teguh Marsudi, Ir. Ahmad Ludjeng Riyanto, Juanda dan Mbak Ing, Mas Tris Kalibata yang membantu saya menyembuhkan sakit karena kecelakaan, Sandoyo, Watik, keluarga Pak Murharto, serta semua keluarga Sukolilo dan Kalibata yang tidak sempat saya sebut satu persatu di sini. Mereka telah banyak berperan dalam membantu kelangsungan hidup dan karier saya
Ucapan terima berikutnya saya sampaikan khusus kepada Mayang Sari yang telah bersedia menyempatkan diri menjadi “editor bahasa dan tanda baca dadakan” di tengah kesibukannya sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada kawan-kawan lain yang telah memberikan motivasi bagi terbitnya buku ini.
Secara khusus juga, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan perhargaan yang sangat tinggi kepada Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Kuti/Kakak yang menjadi penyebab direstuinya pernikahan saya dengan Hj. Nilfa Yetty Tanjung, Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (Dosen saya dan Ketua Senat UniversitasUIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Sesama Penilai Alih Status Perguruan Tinggi Agama), Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof, Dr. Ahmad Thib Raya (Kawan saya/Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta), Prof. Dr. A. Malik Fadjar (Dosen saya/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Prof. Dr. M. Din Syamsuddin (Kawan ketika di IMM Cabang Ciputat/Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Dr. Azyumardi Azra (Kawan sekelas Sarjana Muda./Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Direktur/Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Kawan sesama Penilai Alih Status IAIN Menjadi UIN/Penilai Angka Kredit Dosen/Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), yang semuanya telah berkenan memberikan Kata Sambutan pada penerbitan otobiografi ini.
Secara khusus, saya juga menyampaikan banyak terima kasih dan perhargaaan yang tinggi kepada semua unsur yang telah memberikan testimoni kepada saya dalam buku ini. Mereka adalah isteri saya, para cucu, anak, menantu, teman ketika sekolah di SLTP dan SLTA, teman ketika di organisasi pelajar, teman ketika di organisasi mahasiswa, para mahasiswa (S-1, S-2, S-3), para alumni S-2 dan S-3, dosen, kawan sesama karyawan, kawan sesama dosen di UIN Jakarta dan di perguruan tinggi lain, kawan sesama asesor dan penyusun instrumen akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), kawan sesama penilai perubahan status kelembagaan perguruan tinggi, kawan sesama penilai pendirian perguruan tinggi, kawan sesama penilai pembukaan program studi, dan kawan sesama penilai angka kredit dosen di Kementerian Agama, dan kawan sesama penilai angka kredit dosen di Kemristekdikti.
Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Suparto, M.Ed., Ph.D, Dr. Muhbib Abdul Wahab, Drs. H. Syamsuddin (Kawan sesama kuliah di Jurusan Bahasa Arab/Mantan Kabiro Perencanaan Depag), Dr. Ahmad Dardiri, Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Armai Arief, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Amany Lubis, Dr. Sri Mulyati, Dr. Udjang Tholib, Yusuf Rahman, M.A., Ph.D, Fuad Jabali, MA, Ph.D, dan Prof. Dr. Dede Rosyada serta kawan-kawan lain yang telah berperan masing-masing bagi kesuksesan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini. 
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah Kudus, PGA Negeri 6 Tahun Kudus, Rektor IAIN/UIN Jakarta (Prof. Harun Nasution, Ahmad Syadali, Prof. M. Quraish Shihab, Prof. A. Sukardja, Prof. Azyumardi Azra, Prof. Komaruddin Hidayat, dan Prof. Dede Rosyada), Kementerian Agama, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (dr. Kusnadi, Ir. Omar Tusin, Prof. Ismail Sunny, Agus Sunarto, Prof. Ruslan Saleh, Prof. Muhammadi, Sri Mulyani Soegiono, Prof. Hj. Masyitoh Chusnan, dan Prof. Syaiful Bakhri), Rektor IKIP Muhammadiyah Jakarta yang sekarang menjadi Universitas Prof. Dr. Hamka/Uhamka (Qomari Anwar dan Suyatno), Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (Prof. Sukadji Ranuwihardjo, Prof. M.K. Tadjudin, Prof. Kamanto Sunarto, dan Prof. Mansyur Ramly), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan lembaga lain yang tidak sempat disebut dalam tulisan ini.
Ucapan syukur yang awal dan yang akhir saya persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan luar biasa yang tidak mungkin saya mampu menghitungnya dengan ucapan syukur alhamdulillah karena dengan-Nya segalanya menjadi mungkin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Āmīn yā mujīb al-sā’ilīn.
Selain ucapan terima kasih di atas, saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada semuanya, terutama kepada kawan-kawan yang tulisannya tidak sempat ditampilkan dalam buku ini dikarenakan sudah melewati deadline untuk kepentingan proses penggandaan.
Adapun transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam buku ini adalah transliterasi yang diambil dari The Library of Congress melalui https://www.loc.gov/catdir/cpso/romanization/arabic.pdf.Akan tetapi kata atau kalimat Arab yang sudah terbiasa digunakan di Indonesia tetap berlaku sebagaimana ucapan Indonesia. Demikian agar menjadi maklum. Terima kasih dan Alhamdulillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar