Hits: 176
Maksud utama penerbitan otobiografi ini adalah untuk introspeksi. Oleh
karena itu saya lakukan lebih cepat dari kebiasaan orang menyusun biografi.
Bukan untuk berbangga tetapi sebaliknya untuk membuat diri saya malu terhadap
diri sendiri dan dengan harapan agar saya dapat melakukan perubahan menjadi
yang lebih baik untuk masa mendatang. Untuk para kolega yang telah memberikan
apresiasi beberapa hal yang telah saya perbuat selama ini, saya mengucapkan
banyak terima kasih yang tidak terhingga. Pada dasarnya orang yang mengetahui
diri saya adalah saya sendiri. Penampilan luar saya yang mungkin banyak dinilai
positif oleh para kolega semoga tidak menjadikan saya sombong/takabbur karena
hal itu hanya fatamorgana. Masih banyak hal yang harus saya perbaiki
sebagaimana keluhan dan renungan saya di bawah ini.
Tahun 2015
merupakan tahun kegalauan buat saya karena saya merasa tidak memiliki karya
yang dapat dibaca banyak orang padahal saya adalah seorang Guru Besar sejak
tahun 2001, seumur dengan permulaan menjadi CPNS tahun 1986, sampai memperoleh
jabatan Profesor tahun 2001. Apabila dibuat garis, maka terlihat bahwa sejak
saya menjadi CPNS sampai dengan sekarang maka ada periode 15 tahun pertama dan
15 tahun kedua sebagai berikut:
1986 -- 15
tahun -- 2001 -- 15 tahun -- 2016
Gambar
tersebut mengingatkan saya bahwa 15 tahun pertama saya merasakan sangat
produktif dalam bidang tulis menulis berupa buku atau diktat serta artikel di
beberapa jurnal sehingga saya berhasil memperoleh pangkat akademik Guru Besar
dalam waktu kurang lebih 14-15 tahun. Pada 15 tahun kedua, tidak banyak karya
saya yang dipublikasikan. Memang banyak tulisan tetapi tidak dipublikasikan
dalam jurnal. Tulisan yang ada banyak berisi manajemen perguruan tinggi yang
cenderung dinilai praktis walaupun sebetulnya hal itu merupakan hasil pemikiran
yang cukup mendalam. Sejak tahun 2000 sampai dengan awal 2015 saya memang
disibukkan oleh tugas tambahan untuk mengelola perguruan tinggi. Dalam bidang
pengelolaan perguruan tinggi ini saya merasa ada manfaatnya tetapi khusus di
bidang penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan, saya merasakan banyak
kekurangan. Renungan ini bagi saya sangat berarti. Jika memungkinkan, waktu ke
depan ini saya akan menyempatkan diri untuk menulis yang dapat dipublikasikan.
Dari mana saya harus memulainya? Pertanyaan inilah yang ingin saya peroleh.
Tentunya, jawaban hanyalah dari saya sendiri.Akhirnya, jawaban saya adalah:
“Saya harus memulai dengan menulis otobiografi”.Itulah sebabnya, maka
otobiografi ini terwujud.
Selama ini
saya memiliki pemahaman yang salah tentang perolehan jabatan Profesor. Saya
memiliki pemahaman bahwa kalau sudah memperoleh jabatan Profesor maka penulisan
karya ilmiah yang dipublikasikan berhenti karena tidak ada kewajiban lagi naik
pangkat, apalagi pangkat golongan dan ruang yang saya miliki telah mentok
berdasarkanKeputusan Menkowasbangpan Nomor 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 tentang
“Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya”.
Kewajiban
bagi Profesor baru saya temukan pada Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005. Dalam Pasal ini ada pernyataan bahwa Profesor berkewajiban khusus menulis
buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan
masyarakat.Ketentuan ini kurang banyak diinformasikan sehingga saya kurang
tertantang dan baru mulai tahun 2010 para dosen diingatkan untuk mengisi BKD
(Beban Kerja Dosen) setiap semester. Di dalam format BKD ini terdapat isian
khusus buat Profesor. Semoga melalui cara yang demikian, memungkinkan saya
untuk bangkit kembali berkarya yang dipublikasikan, insya Allah.
Seharusnya
perolehan jabatan Profesor bukan akhir untuk berkarya tetapi sebaliknya justru
awal untuk berkarya. Untuk memotivasi hal tersebut maka, melalui tulisan ini
saya mengusulkan agar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang “Jabatan Fungsional Dosen dan
Angka Kreditnya” dan “Perbaikannya” yang ada pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2013, direvisi lagi dengan menambahkan jenjang kepangkatan baru yaitu
adanya Profesor Paripurna yang secara agak rinci saya uraikan dalam buku ini.
Apabila usulan ini diterima maka saya yakin “ancaman” para Profesor untuk
pensiun muda tidak akan terjadi. Apakah usul ini mengada-ada? Apakah ada model
seperti itu di negara lain? Mungkinkah ini dilakukan? Tentu masih banyak
komentar lain yang mempertanyakan. Akan tetapi, sesuai dengan judul otobiografi
ini, maka semua itu mungkin dapat dilakukan.
Kembali ke
masalah penulisan otobiografi ini, saya perlu menyampaikan banyak terima kasih
secara khusus kepada Muhammad Adam Hesa. Dalam situasi yang saya jelaskan di
atas, pada tanggal 9 Agustus 2015 Muhammad Adam Hesa, seorang staf di Sekolah
Pacasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, meng-e-mail saya. Begini antara
lain bunyi email tersebut:
“Salam,
ketika aku merasa bosan di ruang kuliah, aku coba membuka catatan2 yang ada di
laptop aku, ternyata aku pernah menulis tentang bapak, daripada catatannya cuma
ada dilaptop aja, jadi aku kirim saja ke email.”
“Saat awal
gw baca belum menemukan siapa sosok orang itu, yang kepikiran saat itu adalah
orang2 yang pernah gw cintai”.
“Tab trit
ini gw gak tutup2, akhirnya menjelang gw pulang dari pasca gw baru sadar, baru
muncul siapa aja orang2 itu yang sangat berpengaruh dalam hidup gw, yaitu Pak
Wito, Mas Yusdi dan Pak Musa, ada beberapa lagi seperti pak Eva Nugraha, Mas
Iday, Kak Ervan. Setelah pulang dari pasca gw niat untuk mencoba menulis
tentang mereka.
Berdasarkan
e-mail tersebut kemudian saya menjawabnya sbb:
“Adam, maaf
saya baru sempat membaca tulisanmu. Terima kasih banyak lho. Seneng juga jika
Adam sempat menuliskannya yang lebih lengkap. Boleh juga Adam mengajak orang
lain untuk memberikan komentar tentang saya. Syukur jika nanti menjadi biografi
yang diterbitkan ya Dam. Memang hidup itu pada dasarnya "harus mampu
menemukan masalah dan tidak menghindarinya". Semoga sukses Dam. Salam”.
“Adam, saya
sangat senang jika Adam dan mungkin juga Arief mau menginisiasi penulisan
biografi saya. Insya Allah 7 Maret 2016 saya berusia 60 tahun. Orang2 yang tahu
saya boleh dimintai tulisannya. Adam boleh tanya siapa saja yg tahu saya ketika
saya menjadi Asdir Pak Harun, ketika Purek I saat perubahan menjadi UIN, ketika
menjadi Deputi IV, dan ketika menjadi Wadir I sampai sekarang di Sekretaris
Senat Universitas. Para alumni SPs, alumni dan mahasiswa S-1 maupun mhswa SPs
juga perlu dimintai tulisannya. Dibuat yang santai saja ya agar enak dibaca.
Terima kasih banyak”.
Adam
menjawab e-mail saya:
“Baik
Pak...Saya coba usahakan... Saya sudah WA Arief Mahmudi, dan teman-teman yang
lain akan saya coba kirim e-mail... Bismillāh”.
“Terima
kasih banyak Dam. Semoga terwujud ya”, jawabku.
Ketika masih
satu kantor di Sekolah Pascasarjana, Muhammad Adam Hesa adalah salah satu
tenaga andalan yang saya ajak serta untuk menerbitkan banyak hal. Dia adalah
juru lay out Newsletter, Buku Pedoman Akademik, Petunjuk Arah Kampus, Pedoman
Akademik Dinding, Gambar para Pimpinan, dan Baliho lainnya yang sampai tulisan
ini dibuat masih terpajang di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tidak ketinggalan, orang yang me-lay out Buku Otobiografi ini adalah
Muhammad Adam Hesa juga. Dari aspek latar belakang pendidikan, Adam memang
Sarjana Ekonomi alumni Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tetapi
agaknya dia lebih senang bekerja di bidang komputer sehingga dia sekarang
melanjutkan studi program Magister Komputer di Universitas Budi Luhur di luar
jam kerja.
Dialog
melalui e-mail tersebut merupakan cikal bakal munculnya otobiografi ini
sehingga mulai 10 Agustus 2016 saya mengumpulkan banyak arsip. Lumayan lama
juga saya mendapatkan berbagai arsip yang saya perlukan untuk menulis
otobiografi ini. Ternyata tidak semua arsip yang saya perlukan dapat saya
temukan. Selain tidak menemukan beberapa arsip yang saya perlukan, pada tahun
2015 saya juga banyak kesibukan sehingga penulisan otobiografi agak lambat,
memerlukan waktu lebih dari 6 bulan karena berbagai kesibukan selama tahun
2015.
Uraian dalam
buku otobiografi ini saya lengkapi dengan data yang saya miliki. Tentu banyak
kekurangan karena masih banyak data yang tidak diketemukan dan juga karena
keterbatasan halaman. Mungkin akan ada pertanyaan bahwa ini otobiografi ataukah
laporan pejabat? Komentar seperti ini saya terima secara baik karena data yang
saya miliki memang banyak berkenaan dengan tugas saya sebagai pejabat. Oleh
karena banyak hal yang saya tulis ketika menjadi pejabat, maka bahan itulah
yang saya tulis dalam otobiografi ini. Semoga data yang ada dalam otobiografi
ini dapat menjadi salah satu sumber informasi terutama proses perubahan IAIN
menjadi UIN dan pengelolaan Sekolah Pascasarjana sejak tahun 2007 sampai dengan
awal tahun 2015. Banyak tulisan dan usulan saya yang kemudian menjadi
kebijakansehingga bahan tersebut menjadi acuan bagi saya dalam penulisan
otobiografi. Saya akui, tentu kawan-kawan yang lain memiliki catatan, ingatan,
dan dokumen lain sehingga bisa sajapemahaman dan penafsiran terhadap sesuatu
berbeda dengan saya. Walaupun saya akui banyak kekurangan, melalui otobiografi
ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yaitu “adanya kemungkinan
pada segala hal”. Bagi orang beragama, hanya Allah SWT, Tuhan Yang Maha
segalanya yang tidak ada kemungkinan karena Ia adalah Kebenaran Mutlak.
Saya sangat
senang dengan terbitnya otobiografi ini karena banyak kawan yang ikut serta
menyukseskan penulisan otobiografi ini. Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada Nyonya Hj. Nilfa Yetty Tanjung, anak, menantu, dan
cucu karena mereka mengijinkan dan merestui saya menulis dan membiayai penulisan
otobiografi ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada mertua saya H.
Buchori Abidin Tanjung (BAT), Hj. Rohani Pasaribu, Adik Raihanum Tanjung, Kakak
H. Zainal April Pasaribu dan Hj. Zaidar, Om H. Abdul Wachid dan Etek Hj.
HasrifahTanjung di Semarang yang banyak membantu di bidang perfotoan, Mami
Masniar, Uda Ir. H. Lil Abnir Pasaribu dan Kakak Hj. Suaidar, Teta Hj. Nuryusni
yang sering memimpin upacara adat upah-upah, Hj. Dahriah Rahim sebagai saudara
kembar nyonyaku di Sorkam Sibolga, Mamak Dr. H. Syukri Batubara dan Istri,
Maktuan Zainul Anwar dan Istri, Maktuan Zarlons dan Istri, Metty Zarlons dan
suami, Maktuan Zainal Arifin Pasaribu dan Istri, dan keluarga lain yang tidak
sempat disebut satu persatu.
Dalam
kesempatan ini saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada ayah saya Mbah
Rakiyo, ibu saya Mbah Rasemi, semua kakak (Suhardi, Sulabi, Sutrisno, Amari,
Rumisih, Sarni, dan Menowo), Pak H. Ali Mahmudi, Pak Abdurrahman Farid, Lek
Sudjud dan Lek Supati, Teguh Marsudi, Ir. Ahmad Ludjeng Riyanto, Juanda dan
Mbak Ing, Mas Tris Kalibata yang membantu saya menyembuhkan sakit karena
kecelakaan, Sandoyo, Watik, keluarga Pak Murharto, serta semua keluarga
Sukolilo dan Kalibata yang tidak sempat saya sebut satu persatu di sini. Mereka
telah banyak berperan dalam membantu kelangsungan hidup dan karier saya
Ucapan
terima berikutnya saya sampaikan khusus kepada Mayang Sari yang telah bersedia
menyempatkan diri menjadi “editor bahasa dan tanda baca dadakan” di tengah
kesibukannya sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Indonesia. Saya juga menyampaikan banyak terima kasih kepada
kawan-kawan lain yang telah memberikan motivasi bagi terbitnya buku ini.
Secara
khusus juga, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan perhargaan yang sangat
tinggi kepada Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Kuti/Kakak yang menjadi penyebab
direstuinya pernikahan saya dengan Hj. Nilfa Yetty Tanjung, Prof. Dr. H.M. Atho
Mudzhar (Dosen saya dan Ketua Senat UniversitasUIN Syarif Hidayatullah
Jakarta/Sesama Penilai Alih Status Perguruan Tinggi Agama), Prof. Dr. Dede
Rosyada, M.A. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof, Dr. Ahmad Thib
Raya (Kawan saya/Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta), Prof.
Dr. A. Malik Fadjar (Dosen saya/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Prof. Dr.
M. Din Syamsuddin (Kawan ketika di IMM Cabang Ciputat/Mantan Ketua Umum PP
Muhammadiyah/Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Dr. Azyumardi Azra
(Kawan sekelas Sarjana Muda./Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Direktur/Dosen Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Prof.
Dr. M. Amin Abdullah (Kawan sesama Penilai Alih Status IAIN Menjadi UIN/Penilai
Angka Kredit Dosen/Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), yang semuanya
telah berkenan memberikan Kata Sambutan pada penerbitan otobiografi ini.
Secara
khusus, saya juga menyampaikan banyak terima kasih dan perhargaaan yang tinggi
kepada semua unsur yang telah memberikan testimoni kepada saya dalam buku ini.
Mereka adalah isteri saya, para cucu, anak, menantu, teman ketika sekolah di
SLTP dan SLTA, teman ketika di organisasi pelajar, teman ketika di organisasi
mahasiswa, para mahasiswa (S-1, S-2, S-3), para alumni S-2 dan S-3, dosen,
kawan sesama karyawan, kawan sesama dosen di UIN Jakarta dan di perguruan
tinggi lain, kawan sesama asesor dan penyusun instrumen akreditasi Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), kawan sesama penilai perubahan
status kelembagaan perguruan tinggi, kawan sesama penilai pendirian perguruan
tinggi, kawan sesama penilai pembukaan program studi, dan kawan sesama penilai
angka kredit dosen di Kementerian Agama, dan kawan sesama penilai angka kredit
dosen di Kemristekdikti.
Ucapan
terima kasih saya sampaikan juga kepada Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Suparto,
M.Ed., Ph.D, Dr. Muhbib Abdul Wahab, Drs. H. Syamsuddin (Kawan sesama kuliah di
Jurusan Bahasa Arab/Mantan Kabiro Perencanaan Depag), Dr. Ahmad Dardiri, Prof.
Dr. H. Abuddin Nata, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Prof. Dr. Armai Arief, Prof. Dr.
Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Amany Lubis, Dr. Sri Mulyati, Dr. Udjang Tholib,
Yusuf Rahman, M.A., Ph.D, Fuad Jabali, MA, Ph.D, dan Prof. Dr. Dede Rosyada
serta kawan-kawan lain yang telah berperan masing-masing bagi kesuksesan saya
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai saat ini.
Saya juga
menyampaikan terima kasih kepada keluarga Madrasah Ibtidaiyah al-Azhariyah
Kudus, PGA Negeri 6 Tahun Kudus, Rektor IAIN/UIN Jakarta (Prof. Harun Nasution,
Ahmad Syadali, Prof. M. Quraish Shihab, Prof. A. Sukardja, Prof. Azyumardi
Azra, Prof. Komaruddin Hidayat, dan Prof. Dede Rosyada), Kementerian Agama,
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (dr. Kusnadi, Ir. Omar Tusin, Prof.
Ismail Sunny, Agus Sunarto, Prof. Ruslan Saleh, Prof. Muhammadi, Sri Mulyani
Soegiono, Prof. Hj. Masyitoh Chusnan, dan Prof. Syaiful Bakhri), Rektor IKIP
Muhammadiyah Jakarta yang sekarang menjadi Universitas Prof. Dr. Hamka/Uhamka
(Qomari Anwar dan Suyatno), Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
(Prof. Sukadji Ranuwihardjo, Prof. M.K. Tadjudin, Prof. Kamanto Sunarto, dan
Prof. Mansyur Ramly), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan
lembaga lain yang tidak sempat disebut dalam tulisan ini.
Ucapan
syukur yang awal dan yang akhir saya persembahkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala kenikmatan luar biasa yang tidak mungkin saya mampu
menghitungnya dengan ucapan syukur alhamdulillah karena dengan-Nya segalanya
menjadi mungkin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Āmīn yā mujīb
al-sā’ilīn.
Selain
ucapan terima kasih di atas, saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada
semuanya, terutama kepada kawan-kawan yang tulisannya tidak sempat ditampilkan
dalam buku ini dikarenakan sudah melewati deadline untuk kepentingan proses
penggandaan.
Adapun
transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam buku ini adalah transliterasi
yang diambil dari The Library of Congress melalui
https://www.loc.gov/catdir/cpso/romanization/arabic.pdf.Akan tetapi kata atau
kalimat Arab yang sudah terbiasa digunakan di Indonesia tetap berlaku
sebagaimana ucapan Indonesia. Demikian agar menjadi maklum. Terima kasih dan
Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar