Kisah Semut dan Lalat
Beberapa
ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah
rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu
rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si
lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan
dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya.
Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat
dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap
sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan
tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun
terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak
kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap
mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik,
demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak
kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar
di lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
Dalam
perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada
apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada
saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha,
dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu.
Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga
akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil
itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih
tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak
berhasil?”
Masih sambil
berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah
seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia
melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan
rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini
dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan
sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib
kamu akan seperti lalat ini.”
Pengampunan
Saat Abraham
Lincoln (1809-1865)
masih pengacara muda, ia sering berkonsultasi dengan pengacara lain tentang
kasusnya. Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang
pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat
Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia!
Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”
Lincoln
berpura-pura tidak mendengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja.
Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang. Kemudian ketika pengadilan
berlangsung, Lincoln diabaikan. Namun pengacara yang telah menghina Lincoln
dengan begitu kejamnya, ternyata bisa membela kliennya dengan brillian.
Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln terpesona. Katanya dalam hati,
“Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Begitu tertata
serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang dan lebih giat belajar hukum
lagi.”
Waktu
berlalu…
Lincoln
menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus
utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan
melukai hatinya begitu dalam. Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting
sebagai Sekretaris Perang. Ia tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara
berotak cerdas, yang amat dibutuhkan negaranya.
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Hanya
seseorang yang berkarakter dan mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit
& berhasil di atas penghinaan! Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan
sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Pilih untuk tetap
berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan “sampah” sebagai “pupuk” atau
“bahan bakar” untuk maju—baik di lingkungan keluarga, kerja, atau tempat
tinggal kita.
Air Minum di Gurun
Seorang pria
tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah
rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat
sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga.
Tapi, tidak ada air yang keluar.
Lalu ia
melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan
tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air
dulu.. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini
lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu
berisi penuh air.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
Untung suara
hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di
kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam
pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar!! Air
keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya.
Setelah
istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi
kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa
kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau
harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali
secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”
Universitas Kehidupan
Jika semua
yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR.
Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR
Jika setiap doa kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR.
Seorang yang
dekat dengan Tuhan, bukan berarti tidak ada air mata
Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.
Seorang yang taat pada Tuhan, bukan berarti tidak ada kekurangan
Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak ada masa sulit
Biarlah Tuhan yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Dia tahu yang tepat untuk memberikan yang terbaik.
Ketika
kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kamu
lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAHAN HATI.
Tetap semangat….
Tetap sabar….
Tetap tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
Tetap sabar….
Tetap tersenyum…..
Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN
TUHAN
menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.
Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan
MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA.
[Disadur
dari Buku “Sepatu Dahlan Iskan”]
Kisah Bunga Mawar dan Pohon Bambu
Di sebuah
taman, terdapat taman bunga mawar yang sedang berbunga. Mawar-mawar itu
mengeluarkan aroma yang sangat harum. Dengan warna-warni yang cantik, banyak orang yang berhenti untuk
memuji sang mawar. Tidak sedikit pengunjung taman meluangkan waktu untuk
berfoto di depan atau di samping taman mawar. Bunga mawar memang memiliki daya
tarik yang menawan, semua orang suka mawar, itulah salah satu lambang
cinta.
Sementara
itu, di sisi lain taman, ada sekelompok pohon bambu yang tampak membosankan.
Dari hari ke hari, bentuk pohon bambu yang begitu saja, tidak ada bunga yang
mekar atau aroma wangi yang disukai banyak orang. Tidak ada orang yang memuji
pohon bambu. Tidak ada orang yang mau berfoto di samping pohon bambu. Maka tak
heran jika pohon bambu selalu cemburu saat melihat taman mawar dikerumuni
banyak orang.
“Hai bunga
mawar,” ujar sang bambu pada suatu hari. “Tahukah kau, aku selalu ingin
sepertimu. Berbunga dengan indah, memiliki aroma yang harum, selalu dipuji
cantik dan menjadi saksi cinta manusia yang indah,” lanjut sang bambu dengan
nada sedih.
Mawar yang
mendengar hal itu tersenyum, “Terima kasih atas pujian dan kejujuranmu, bambu,”
ujarnya. “Tapi tahukah kau, aku sebenarnya iri denganmu,”
Sang bambu
keheranan, dia tidak tahu apa yang membuat mawar iri dengannya. Tidak ada
satupun bagian dari bambu yang lebih indah dari mawar. “Aneh sekali, mengapa kau
iri denganku?”
“Tentu saja
aku iri denganmu. Coba lihat, kau punya batang yang sangat kuat, saat badai
datang, kau tetap bertahan, tidak goyah sedikitpun,” ujar sang mawar.
“Sedangkan aku dan teman-temanku, kami sangat rapuh, kena angin sedikit saja,
kelopak kami akan lepas, hidup kami sangat singkat,” tambah sang mawar dengan
nada sedih.
Bambu baru
sadar bahwa dia punya kekuatan. Kekuatan yang dia anggap biasa saja ternyata
bisa mengagumkan di mata sang mawar. “Tapi mawar, kamu selalu dicari orang.
Kamu selalu menjadi hiasan rumah yang cantik, atau menjadi hiasan rambut para
gadis,”
Sang mawar
kembali tersenyum, “Kamu benar bambu, aku sering dipakai sebagai hiasan dan
dicari orang, tapi tahukah kamu, aku akan layu beberapa hari kemudian, tidak
seperti kamu,”
Bambu
kembali bingung, “Aku tidak mengerti,”
“Ah bambu..”
ujar mawar sambil menggeleng, “Kamu tahu, manusia sering menggunakan dirimu
sebagai alat untuk mengalirkan air. Kamu sangat berguna bagi tumbuhan yang
lain. Dengan air yang mengalir pada tubuhmu, kamu menghidupkan banyak tanaman,”
lanjut sang mawar. “Aku jadi heran, dengan manfaat sebesar itu, seharusnya kamu
bahagia, bukan iri padaku,”
Bambu
mengangguk, dia baru sadar bahwa selama ini, dia telah bermanfaat untuk tanaman
lain. Walaupun pujian itu lebih sering ditujukan untuk mawar, sesungguhnya bambu juga memiliki
manfaat yang tidak kalah dengan bunga cantik itu. Sejak percakapan dengan
mawar, sang bambu tidak lagi merenungi nasibnya, dia senang mengetahui kekuatan
dan manfaat yang bisa diberikan untuk makhluk lain.
Daripada
menghabiskan tenaga dengan iri pada orang lain, lebih baik bersyukur atas
kemampuan diri sendiri, apalagi jika berguna untuk orang lain. [Vemale]
Melepas Amarah, Meraih Keikhlasan
“Terus
memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada
seseorang, Kitalah yang akan terbakar.” -Sidharta Gautama
Dalam hidup
memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa.
Tapi cepat kendalikan emosi kita kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam,
iri, kesal atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja, atau atasan di
kantor bercokol lama di hati kita.
Kekesalan, amarah
dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat kita
menerima apa yang kita berikan.
Bila kesal
pada pasangan atau ada kawan yang mengingkari janji, lalu kita menyalahkan
mereka atas kekacauan semua itu, maka kita akan mendapatkan kembali keadaan
yang dipersalahkan itu.
Kembalinya
keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang kita salahkan, tetapi sejatinya
kita akan mendapatkan kembali keadaan yang kita salahkan itu.
Ikhlaskanlah,
maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih
fokus terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya
akan menghabiskan energi positif.
“Jika saya
mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya
mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan”
– Tao Te Ching
Semoga Tuhan
mengaruniai sabar yang tak terbatas dan ikhlas yang tak bertepi untuk kita
semua, sehingga apapun rintangan dan cobaan yang dilalui akan terasa lebih
ringan
Menepati Janji
Seekor induk
rusa ketika kedua anaknya sudah mulai belajar berjalan, pada pagi buta ketika
kedua anaknya masih tidur, induk rusa keluar pergi mencari makanan, dia
bermaksud setelah pulang dari mencari makanan akan mengajar anak-anaknya
mencari makan serta menjaga diri menghindari dari bahaya.
Setelah
mendapat makanan rumput hijau yang segar, saat perjalanan pulang dia terjebak
dalam perangkap yang dibuat oleh pemburu. Induk rusa itu sambil menangis
memikirkan kedua anaknya.
Pemburu
akhirnya tiba, induk rusa berlutut memohon kepada pemburu membiarkannya pulang
ke rumah memberi makan serta mengajari anaknya mencari makan, dia berjanji
keesokkan harinya akan kembali ke sini menyerahkan diri.
Pemburu
melihat rusa ini dapat berbicara, di dalam hatinya sangat terkejut dan gembira,
dia memutuskan akan mempersembahkan rusa ajaib ini kepada raja,
supaya dia menjadi terkenal dan mendapat hadiah dari raja. Tetapi setelah
berpikir sejenak, dia berubah pikiran, melepaskan induk rusa pulang.
Induk rusa bergegas berlari pulang, suasana hatinya sangat sedih memikirkan kedua anaknya, setelah sampai dirumah dia berkata kepada kedua anaknya, “Anak ku, mama akan menceritakan sebuah kebenaran dan ketidakkekalan di dunia ini kepada kalian, jika kalian sudah memahami kebenaran ini, maka kelak jika kalian menghadapi masalah apa pun.”
Induk rusa bergegas berlari pulang, suasana hatinya sangat sedih memikirkan kedua anaknya, setelah sampai dirumah dia berkata kepada kedua anaknya, “Anak ku, mama akan menceritakan sebuah kebenaran dan ketidakkekalan di dunia ini kepada kalian, jika kalian sudah memahami kebenaran ini, maka kelak jika kalian menghadapi masalah apa pun.”
“Kalian
nantinya tidak akan terlalu sedih lagi. Kalian harus ingat hidup ini sangat
singkat, segalanya akan berubah tidak pernah abadi, nilai dari keluarga,
kasih sayang semuanya tidak abadi….,” ujar induk rusa itu.
Anak-anaknya
sambil menangis bertanya, “Lalu kenapa mama masih harus menepati janji kepada
orang jahat tersebut?.” Induk rusa berkata, “Tanpa Iman, dunia akan hancur,
tidak ada kejujuran dunia akan runtuh, demi kelangsungan dan harapan dunia,
saya rela berkorban, daripada menipu orang lain. Mama rela mati demi
integritas, dari pada menipu untuk hidup.”
Setelah
selesai berkata sambil menahan tangisannya induk rusa berlari keluar, anak-anak
rusa mengejar dengan sekuat tenaga. Pemburu melihat induk rusa memenuhi
janjinya datang kembali, menjadi sangat terharu dengan tangan merangkap di
depan dada dan berlutut dia berkata kepada induk rusa, “Engkau bukan seekor
rusa biasa, engkau pasti jelmaan dari Budha.”
“Welas
asihmu membuat orang sangat terharu, kejujuran dan imanmu membuat saya sangat
malu. Silahkan engkau kembali, saya tidak akan menyakiti Anda lagi, bahkan
mulai saat ini saya tidak akan menyakiti seekor binatang pun,” kata si pemburu
itu.
Pelajaran
yang bisa kita petik dari cerita diatas adalah: Sifat welas asih dan kejujuran
dari induk rusa ini akhirnya membangkitkan niat baik serta membangkitkan watak
dasar dan sisi baik dari pemburu tersebut.
Makna Sebuah Pekerjaan
Seorang
eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk
mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa
tangkai bunga menghampirinya.
”Om beli
bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah
kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata,
”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan
beli bunga dari kamu.”
Mendengar
ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu
lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda
segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si
gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om,
sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur
antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.
“Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah
untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.
Uang itu
diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis
tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit
tersinggung.
”Kenapa uang
tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu
tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang
anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa
tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan.
Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga
itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak
kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.
Tidak jarang
kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan
bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran
dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi
nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang
mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.
Menyelesaikan Masalah
Ketika kita
ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang
meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.
Kenapa harus
saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga
Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini? Bagaimana bisa melanjutkan hidup
dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan
mudah? Ah, Tuhan tidak adil!
Depresi,
kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali,
bijaksanakah kita kalau selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan
keadaan?
Tidak ada
suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha
Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu
punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati,
sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.
Tuhan tidak
akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu, percayalah. Mengapa Tuhan memilih Anda untuk
menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda
mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum
tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.
Setiap kesukaran
yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi
pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran
dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu
menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat.
Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih
keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan
pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.
Hidup adalah
untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti
memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga
berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki
kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga
memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai,
jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah
menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya
yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.
Coba Anda
tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang
membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda
sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal
tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi
kemampuan Anda.
Katak Dan Siput
Ada seekor
siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang kehilangan
kesabaran akhirnya berkata kepada siput: “Tuan siput, apakah saya telah
melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?”
Siput
menjawab: “Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke
mari, Tapi saya mesti membawa cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi
saya merasa sangat sedih.”
Katak
menjawab: “Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing-masing, hanya saja
kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami
(katak).”
Dan
seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan
cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh
elang.
Nikmatilah
kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. keirian hati kita
terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan. Lebih baik
pikirkanlah apa yang kita miliki. Hal tersebut akan membawakan lebih banyak
rasa syukur dan kebahagiaan bagi kita sendiri.
Jangan Sombong
Ada seorang
filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan
dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.
Filsuf
menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.
Apakah Anda
mengerti matematika?” Filsuf tersebut bertanya lagi.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.
Filsuf itu,
menggelengkan kepalanya seraya berkata:
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”
Tiba-tiba
ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat
telah kemasukan air,
Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”
Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”
Filsuf
dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat
tolonglah saya.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
Semua orang
sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi
itu wajar saja, tetapi jangan sampai membuat diri sendiri menjadi sombong
maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar
dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.
Ketekunan adalah Kekuatan Anda
Anda harus
tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama.
Memang semakin jauh anda berjalan, semakin
banyak rintangan yang menghadang.
Bayangkan,
andai saja kemarin anda berhenti, maka anda tidak berada di sini sekarang.
Setiap langkah menaikan nilai diri anda. Apapun yang anda lakukan, jangan
sampai kehilangan ketekunan anda. Karena ketekunan adalah daya tahan anda.
Pepatah
mengatakan bahwa “ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah”.
Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri dari banyak langkah-langkah kecil.
Dan langkah
pertama keberhasilan harus anda mulai dari rumah anda. Rumah anda yang paling
baik adalah hati anda. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk
kembali.
Karena itu
mulailah kemajuan anda dengan memajukan hati anda, kemudian pikiran anda dan
usaha-usaha anda.
Ketekunan
hadir bila apa yang anda lakukan benar-benar berasal dari hati anda.
Cara Alam Menghibur Kita
Pernahkah
kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu
kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan,
justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah?
Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah?
Mengapa
keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan
tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?
Sadari saja,
itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum,
menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata.
Kejengkelan
itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan
diri sendiri.
Kita lupa
bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita
menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut, tak apalah
Inspirasi ini diambil dari www.inspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar